








Gua Pertapaan Polaman
Secara lanskap arkeologi Gua Pertapaan Polaman merupakan satu kesatuan dengan sumber air Polaman. Dalam Sumber tertulis Nagarakertagama, pupuh 55, baris 2, dituliskan bahwa setelah Hayam Wuruk selesai berburu di Hutan Nadakawana, maka berangkatlah ke ibukota nagara Wilwatikta. Pertama-tama melewati Banu hanget, Banir, Talijulang dan Wdwawdwan (Pigeaud 1965), Toporimi Banu hanget oleh Hadi Sidomulyo (2007) didentifikasikan sebagai Sumber air hangat Polaman. Hai ini disebabkan Banu hanget berada sebelum Wdwawdwan yang didentifikasikan sebagai Bukit Wedon, di sebalah utara Lawang sekarang. Dengan demikian dapat dikatakan secara lanskap arkeologi Banu hanget yang diidentifikasikan sebagai sumber Polaman merupakan satu kesatuan kawasan. Hal ini merupakan ciri utama Gua Pertapaan yakni adanya sumber air untuk pensucian diri sebelum melakukan ritual bertapa.
Oleh karena sumber air Polaman dalam sumber tertulis Serat Pararaton tidak begitu jauh dengan Desa Memeling yang merupakan batas utara Ibu Kota Kerajaan Singhasari, maka dapat dikemukakan kawasan Banu hanget dan Gua Pertapaan Polaman merupakan satu kesatuan wilayah ibu kota yaitu Singhasarinagara. Dari hasil penelitian di sekitar daerah Singosari yang diduga merupakan letak ibu kota tidak ditemukan satupun gua pertapaan. Syarat utama ibu kota salah satunya adalah adanya sebuah bangunan gua pertapaan. Hal ini bisa dilihat pada ibu kota Kutharaja juga ada ditemukan gua pertapaan, demikian juga di kompleks Kraton Ratu Boko juga ditemukan gua pertapaan. Berdasarkan data tersebut dapat dikemukakan bahwa Gua Pertapaan Polaman ada kemungkinan merupakan gua pertapaan yang terkait dengan lanskap Ibu Kota Singhasarinagara. Dengan demikian dapat diperkirakan Gua Pertapaan Polaman merupakan gua pertapaan pada masa Singhasari di saat ibukota dipindahkah oleh Raja Wisnuwardhana dari Kutharaja ke Singhasarinagara (Pigeaud 1965, Blasius Suprapta 2012, 2015). Salah satu yang mendukung adalah ciri-ciri batuan candi yang terdapat pada pagar pembatas ruang profan dan ruangan sakral merupakan ciri-ciri batuan candi gaya Singhasari, dan hal ini juga sama dengan, ciri-ciri batuan candi pada Benteng Ganter di daerah Ngabab, Pujon (Blasius Suprapta 2015).
https://museum-singhasari.site/id/
-